Sabtu, 20 Desember 2014

AMAN Kalteng Ikuti Renstra Infokom

“Saya pencari fakta bukan penyebar petaka, jurnalis tolak suap”

Kalimat itu terbaca jelas dengan tulisan putih dan latar belakang kaos hitam yang dikenakan oleh pria berambut lurus ini. Kalimat ini sesuai dengan gambaran dan pengalaman yang diceritakannya selama proses 2 hari.

Harry Surjadi, itulah nama pria berkaos hitam yang memfasilitasi kegiatan rencana strategis (Renstra) bagian informasi dan komunikasi PB AMAN.  Ia mengakui lebih dari 10 tahun bekerja di media cetak, dan akhirnya memilih untuk freelance. Saat sekarang lebih banyak memberikan pelatihan terkait jurnalis lingkungan hidup dan masyarakat adat.

Renstra yang dipusatkan di hotel Gren Alia Cikini, Jakarta dilaksanakan selama 2 hari dari 16-17 Desember 2014 lalu. Sebanyak 15 lebih peserta mengikuti kegiatan dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.

Di hari pertama, fasilitator mengajak peserta untuk menggali masalah apa yang dihadapi selama ini. Dari masalah yang ada kemudian di olah untuk mendapatkan kategori persoalan dan kegiatan yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Fasilitator  juga mengajak peserta untuk diskusi kelompok membahas indikator capaian dalam pelaksanaan. Di hari kedua, tips-tips menuliskan press release, esay dan keterampilan lain terkait penulisan di bagikan oleh fasilitator.

Selama 3 tahun ke depan 2015-2017, akhirnya renstra yang dilakukan menghasilkan 3 kategori  persoalan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), komunikasi internal, media massa eksternal dan persoalan AMAN yang lebih besar.

Dari kategori yang ada terkait SDM kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas biro infokom untuk skill komunikasi. Ini dilakukan dengan cara menulis lebih banyak, pelatihan komunikasi secara umum. Pelatihan ini meliputi public speaking, membaca cepat memahami media, merancang kampanye dan memanfaatkan media massa.

Masih berkaitan dengan SDM, kegiatan penyusunan SOP untuk aktivitas harian penting dibuat. Kegiatan yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi dan assesment klassifikasi mengenai pengetahuan dasar, menengah dan mahir mengenai radio komunitas. Assesment identifikasi PW, PD dan komunitas yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan radio komunitas. Peningkatan kapasitas mengenai radio komunitas ke setiap jenjang ke PW, PD, Komunitas sesuai dengan kebutuhan pengetahuannya. Pelatihan manejemen dan teknis mengelola radio komunitas.

Untuk membangun dan memperkuat biro infokom di Pengurus Daerah (PD) akan digelar pelatihan komunikasi, termasuk tugas-tugas infokom di tingkat PD. Membangun protokol komunikasi dengan cara mengidentifikasi kebutuhan informasi di komunitas, mengidentifikasi medium (baca wadah) untuk menyampaikan informasi di komunitas menurut karakter geografisnya, membangun dan mengembangkan SMS ADAT(SMS gateway) di tingkat PW sesuai dengan hasil identifikasi yang telah dilakukan dan mengoptimalkan radio komunitas yang ada dan membangun radio komunitas bila belum ada sesuai identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam hal penguatan komunikasi internal akan dilakukan inventarisasi kemasan informasi mengenai AMAN, memformat ulang informasi tentang AMAN yang sesuai dengan komunitas, mengirim format informasi yang baru dan memastikan diterima dan mendokumentasikan semua kasus yang ada.

Berkaitan dengan permasalahan media massa eksternal penting dilakukan identifikasi media nasional, lokal yang menjadi lawan dan kawan, mengajak media ketika ada liputan lapangan, menggelar media gathering (mengundang media untuk kegiatan informal) dan membangun kerjasama dengan media mainstream untuk pertukaran konten, misalnya dengan RRI dan Ruai TV. 

Lain halnya pada persoalan AMAN yang lebih besar infokom akan mengidentifikasi komunitas masyarakat adat anggota AMAN yang berada di pesisir dan pulau kecil, mengidentifikasikan wadah untuk menyampaikan pesan terkait peningkatan kesadaran masyarakat adat terhadap wilayah pesisir.

Berikutnya, bekerjasama dengan kementerian kelautan untuk melakukan sosialisasi tentang kemaritiman, bekerjasama dengan Fakultas Kelautan dan Perikanan di Perguruan Tinggi untuk menerbitkan buku yang berisi kearifan lokal masyarakat adat terkait dengan kelautan, menggelar training sosial media (sosmed) untuk perubahan sosial, pendokumentasian konflik di daerah selama 1 tahun, bekerjasama dengan biro-biro di AMAN untuk sosialisasi hak-hak MA terkait dengan dinamika sosial politik yang berkembang, melakukan lobby dengan Pemda untuk mengeluarkan Perda Adat dan mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (misalnya SMS) untuk meningkatkan posisi tawar masyarakat adat dalam konflik lahan.

Peserta yang mengikut kegiatan adalah Yulius Fanus Mari dari Pengurus Wilayah (PW) NUSA BUNGA, Mhd Nuh Efendi dari PW Sumut, Erdam Eterol dari PW Bengkulu, Armansyah Dore dari PW Sulsel, Ubaidi Abdul Halim dari PW MAN Maluku Utara, Iir Sugiarto dari PW Sumsel, Cony Margareth dari PW Kalbar, Hairudin Alexander dari PW Kaltim, Andre Tandigau dari PW Tana Luwu, Rokhmond Onasis dari PW Kalteng, Rikson Karundeng  PW Sulut, Ahmad Abdan Syakur dari PW NTB dan Rusmin dari PW Kalsel.

Sedangkan dari Pengurus Besar (PB) AMAN di wakili Firdaus Cahyadi, Jeffar Lumban Gaol, Dahlan,  Farid Wajdi, Mina S. Setra,  Rainny Berta Natalia S, Martha Lekahena, Endang Setiawati dan Lesus Rahmat Waluyo.

Sumber berita dan foto: Rokhmond Onasis.

AMAN KALTENG

Author & Editor

Berdaulat Mandiri Bermartabat - Exsist & Resist & Indigenize & Decolonize

0 Komentar:

Posting Komentar