Jumat, 04 Juli 2014

Tumbang Bahanei ikuti Pelatihan Manajemen Organisasi

Lebih dari 16 peserta mengikuti kegiatan yang bertajuk ‘Pelatihan Manajemen Organisasi Komunitas Tumbang Bahanei’. Kegiatan yang berlangsung selama 2,5 hari ini di gagas oleh Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kalimantan Tengah (PW AMAN Kalteng) dan Kemitraan Partnership.

Di rumah Dunal, salah seorang tokoh Masyarakat Adat di Tumbang Bahanei, Gunung Mas. Dari pagi hingga malam hari peserta mengikuti dengan antusias. Hari pertama (30/6), acara dimulai sejak pukul 9 pagi, walaupun pada malam sebelumnya telah dilakukan pembicaraan ringan dengan rombongan fasilitator dari Palangka Raya.

Rinting memandu acara pembukaan dan mempersilahkan Suley Medan untuk mengawali dengan berdoa secara agama Kaharingan, selanjutnya Dunal selaku tuan rumah, sekaligus memfasilitasi ruang pelatihan menyampaikan sambutan. Ia mengatakan, acara selama 2 hari ini dapat menjadi kampung teladan di antara kampung-kampung yang lain. “Saya berharap, semua masyarakat di kampung ini, tua, muda, besar kecilpun yang mau datang mengikuti pelatihan ini sama-sama kita mendengarkan, belajar dan memahami,” kata Dunal.

Sambutan, berturut-turut kemudian disampaikan oleh Gio I.Nanyan, kepala desa, Nindit selaku sekretaris komunitas Tumbang Bahanei dan Dadut dari PW AMAN Kalteng. Dalam sambutannya Dadut mengungkapkan,  ada 5 syarat dari Masyarakat Adat (MA) yaitu, adanya kelompok/ komunitas, pranata/ strukutur pengurus, wilayah adat yang jelas/ peta, hukum adat dan masih ada MA yang mengelola.

“Jadi syarat Masyarakat Adat  terpenuhi di Tumbang Bahanei,  ini diakui oleh undang-undang. Namun, yang mengakui ini dari diri kita sendiri terlebih dahulu,” tegas Simpun Sampurna. Sebelum membuka kegiatan secara resmi Simpun mengatakan ada 3 tantangan dari perusahaan yang ingin masuk ke wilayah adat Tumbang Bahanei. Ia berharap selama pelatihan 2,5 hari ini komunitas akan belajar bersama untuk menghadapinya.

Usai pembukaan dan sambutan, Rinting membacakan gambaran umum dari pelaksanaan acara selama 2,5 hari, kemudian mempersilahkan Ferdi dari biro OKK PW AMAN Kalteng menyampakan materi analisa sosial. Secara aktif Ferdi mengajak peserta untuk berdiskusi, dimulai dari menampilkan gambar fenomena gunung es, pendalaman kondisi masyarakat adat Dayak sekarang ini dari sisi sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Lebih jauh Ferdi juga mengajak peserta untuk memahami sistem kapitalisme yang yang terjadi, utang luar negeri sebagai pintu masuk penjajahan baru, semakin kuatnya kekuatan korporasi/ perusahaan dengan pemaksaan yang di lakukan dalam bentuk perjanjian seperti, GATT, GATS, TRIPs,     TRIMs, AoA, REDD , IMF dan Bank Dunia.

Setelah rehat sore, Ferdi melanjutkan materi Teori Kepemimpinan dan Organisasi. Sebuah ungkapan bijak ditampilkan oleh Ferdi berkaitan dengan kepemimpinan dan organisasi yaitu, ‘jika kamu beri  saya ikan, kamu sudah memberi saya makan untuk 1 hari; jika kamu ajari saya memancing, maka kamu sudah memberi saya makan sampai sungai itu tercemar atau garis pantainya menyusut karena pembangunan; namun, jika kamu ajari saya bagaimana berorganisasi, maka apapun tantangannya, saya dapat bergabung dengan rekan-rekan saya dan kami akan berupaya mencari solusi kami’.

Usai rehat malam, materi tetap disampaikan oleh Ferdi yaitu ‘Kepemimpinan Organisasi’. Di sesi ini Ferdi lebih banyak mengajak peserta untuk diskusi terbuka dan menggali pendapat dari peserta pelatihan. Untuk memperdalam pemahaman peserta terkait Dokumentasi dan Data Base, materi ini dibawakan oleh Restu Ariandi, dari biro sekretariat PW AMAN Kalteng yang berakhir hingga pukul 11 malam.

Di hari kedua (1/7) peserta diajak untuk memahami manajemen kegiatan yang akan dilakukan di komunitas. Restu membawa sesi ini dengan mengajak peserta diskusi kelompok membahas jenis kegiatan yang akan dilakukan sekaligus membuat perencanaan dan pengorganisasian tersebut.

Pembahasan ini dipertajam kembali Rinting dengan menjelaskan konsep 5W+1H untuk perencanaan yang telah dibuat. Rinting mengambil contoh bahwa, dalam melakukan pelatihan ini saja, ia merencanakan terlebih dahulu dengan menggunakan 5W+1H ini juga. “Seperti apa kegiatannya, dimana kegiatannya, siapa yang jadi narasumbernya, bagaimana kegiatannya, kapan kegiatannya, dan bagaimana kegiatannya,” jelas Rinting.

Hingga 30 menit sebelum pukul 4 sore dilanjutkan dengan materi tentang Manajemen Rapat yang kembali dibawakan oleh Restu. Kemudian, setelah rehat malam, manajemen keuangan dibawakan oleh Ferdi. Sedangkan pada sesi Rencana Tindak Lanjut (RTL), Rinting memandunya dan menghasilkan catatan-catatan penting, yaitu di sisi internal dan sisi eksternal.

Secara internal komunitas Tumbang Bahanei akan melakukan, pelatihan FPIC pertemuan/ musyawarah rutin, melakukan lobi-lobi terkait Pengakuan Wilayah Adat Tumbang Bahanei. Lobi ini di lakukan oleh organisasi PW AMAN Kalimantan Tengah dan PD AMAN Gunung Mas segera kepada Pemda Gunung Mas dan Pemprov Kalimantan Tengah.

Sedangkan secara eksternal, komunitas akan menanggapi surat yang datang dari Kuayan, Tumbang Malahoi dan Sei. Antai. Komunitas juga akan melakukan penelusuran terkait pelanggaran hukum adat yang terjadi di wilayah adat komunitas Tumbang Bahanei.

Karena terlalu malam akhirnya acara penutupan dilakukan pada keesokan harinya (2/7) yang ditutup secara resmi oleh kepala desa Tumbang Bahanei. Gio I.Nanyan. “Saya berharap dengan PW AMAN dan kawan-kawan di kampung ini, pertemuan kita semakin sering, sehingga kita semua seperti saudara, keluarga yang saling menghormati satu sama lain,” tutupnya.

Sumber: notulensi kegiatan; sumber foto: dokumentasi AMAN Kalteng.

AMAN KALTENG

Author & Editor

Berdaulat Mandiri Bermartabat - Exsist & Resist & Indigenize & Decolonize

0 Komentar:

Posting Komentar