Minggu, 06 April 2014

Pelatihan PPWA di Komunitas Bundar

Hari Pertama
Danau Bundar menjadi tempat melepaskan rasa lelah di antara waktu Pelatihan Pemetaan Wilayah Adat  (PPWA). Airnya yang teduh dan menyediakan protein ikan bagi komunitas warga yang gemar makan ikan. Setidaknya itulah satu ungkapan fasilitator pelatihan kepada penulis.

Pelatihan yang dilakukan oleh PD Barito Selatan dilaksanakan dari tanggal 26 – 31 Maret 2014 di balai adat. Pembukaan yang dilakukan pada pukul 5.20 sore di mulai dengan sambutan yang disampaikan oleh ketua komunitas, Yosep Brostito.

Dalam sambutannya, Yosep menyampaikan bahwa ada 14 perwakilan komunitas yang mengikuti pelatihan. “Kami sangat berterimakasih atas perhatian dan dukungan dari beberapa pihak dan atas dukungan dari PD dan PW,” jelasnya

Usai sambutan dari Yosep acara dilanjutkan dengan ritual singkat untuk meminta izin kepada leluhur kita agar proses kegiatan dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan. Mantir sekaligus mewakili Kepala Desa membuka kegiatan dengan resmi.

Sebagai tuan rumah penyelenggara kegiatan Agus Irwanto, ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Daerah (AMANDA) Barsel mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu langkah dari kegiatan Percepatan Pemetaan Partisipatif Wilayah Adat oleh AMAN yang bertujuan mengetahui bagaimana proses dari Pemetaan Partisipatif versi AMAN ini dan juga agar kita dapat mengetahui dan memahami tentang PPWA ini.

“Harapan saya dari 14 perwakilan komunitas dan Bundar dapat memahami dan mengimplementasikan bagi kampungnya masing-masing sesuai yang kita harapkan,” kata Agus.

Tepat pukul 6.20 sore penjelasan dan penguatan semangat juang Masyarakat Adat di paparkan oleh A.G Rinting, deputy umum PW AMAN Kalteng. Setelah perkenalan ke-30 peserta pelatihan acara Rinting menyepakati hal-hal teknis pelatihan yaitu kesepakatan waktu dan kontrak belajar.

Hari Kedua
Jarum jam masih menunjukkan pukul 07.37 pagi. Teori Gunung Es disampaikan oleh A.G Rinting pada Kamis, 27 Maret 2014 di materi pertama, analisa sosial. Paparan ini direspon positif peserta. Siaga A. Katatang  menanyakan, bagaimana hubungan untuk membuat aturan-aturan mengangkat yang di bawah itu kembali ke atas sehingga ada keseimbangan.

Respon semakin menarik ketika Rinting mengajak peserta berdiskusi kelompok. Peserta dibagi menjadi  kelompok sosial, politik, ekonomi dan budaya. Terungkap bahwa dari sisi sosial  kondisi sosial sekarang rusak, masyarakat tidak percaya lagi dengan kepemimpinan, keegoisan dan masyarakat ingin hidup yang praktis.

Dari sisi politik terungkap bahwa masyarakat sering dijanjikan sesuatu yang besar, namun pada akhirnya tidak pernah ditepati oleh pemerintah serta dominannya politik uang. Sedangkan dari sisi ekonomi ekonomi banyak masyarakat yang miskin dan krisis, kesulitan  membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya diskriminatif dari pemerintah. Tekanan dari pemerintah maupun investor yang hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri tanpa begitu mempedulikan kepentingan masyarakat.

Hal lainnya, penghasilan masyarakat hanya tergantung satu sumber saja, kurangnya pendidikan dan ketidakmampuan masyarakat bersaing dengan pihak lain karena kebiasaan masyarakat memperoleh penghasilan dari SDA dan jika masyarakat tidak mampu bersaing dengan pihak lain untuk itu maka kita akan tertinggal.

Dari sisi budaya semakin hilangnya budaya gotong-royong karena sekarang masyarakat senangnya hidup praktis. Tidak diminatinya kesenian daerah dan budaya politik uang semakin dominan.

Sebelum tengah hari, yaitu pukul 10.30 siang Rinting memandu curah pendapat terkait kondisi aktual di komunitas Bundar. Salah satunya adalah ‘penyakit’ apa yang sesungguhnya terjadi di masyarakat dan obatnyapun harus tepat. Materi selanjunya tetap difasilitasi oleh Rinting yang memandu pengenalan organisasi AMAN.

Kades Bundar, menanggapi dan mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Permohonan maaf tidak bisa hadir karena ada undangan Camat dan Polsek Pendang.”Kami mendukung dan mempersilahkan untuk kegiatan ini tetap berlanjut agar kita Masyarakat Adat ini dapat semakin memahami dan mengerti tentang perjuangan, karena memang perjuangan ini tidak mudah untuk bisa di raih,” kata Eduard.

Pada pukul 2 siang Kesyadi Antang menyampaikan pengenalan sayap AMAN yaitu Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN). Penjelasan latar belakang pendirian BPAN di tanggapi seorang peserta pelatihan. Egah Yanto  menanyakan apakah desa-desa terutama desa-desa yang ikut pelatihan ini ada yang  mau dibentuk BPAN di kampungnya, jika mau bagaimana cara pembentukannya?. Apakah ada buku pedoman tentang BPAN agar sebagai pedoman dan pembelajarannya?.

Kesyadi menanggapi, tidak ada aturan yang baku jika akan membentuk organisasi BPAN di komunitas. Cukup mengisi formulir Pengajuan dan Pembuatan SK oleh BPAN daerah tersebut. “Untuk buku pedoman ada, hanya saja masih ada di Palangka Raya dan belum sempat saya bawa kesini,” jelas Kesyadi.

Peserta yang lain, Erik menanyakan apa tugas dan pekerjaan dari Pemuda Adat. Kesyadi menjelaskan ada 5 point penting pekerjaan dari BPAN yaitu penguatan organisasi, pengembangan ekonomi kreatif, penguatan partisipasi perempuan, mengembalikan kepercayaan diri terhadap budaya asli  dan peningkatan kapasitas anggota BPAN Kalimantan Tengah.

Dalam kesempatan pelatihan ini juga Kesyadi merekomendasikan pemuda mencatat atau membuat buku tentang sejarah kampung di kampungnya masing-masing dan pemuda melakukan pendataan hutan-hutan adat yang ada disekitar kampungnya masing-masing.

Dari pengenalan sayap AMAN yang lain yaitu  Persatuan Perempuan Adat Nusantara AMAN (PEREMPUAN AMAN) di sampaikan oleh Ekatni Etan Dana. Paparan ini tepat di sampaikan pukul 3.30 sore. Ekatni menyampaikan latar belakang terbentuknya PEREMPUAN AMAN, peran Perempuan Adat dulu dan sekarang serta dampak perubahan iklim bagi Perempuan Adat

Hari Ketiga
Jumat, 28 Maret 2014 pukul 7.35 pagi acara langsung difasilitasi oleh Rinting dengan menyampaikan putusan MK dan pengukuhan kawasan hutan. Kemudian dilanjutkan dengan paparan dasar hukum pemetaan wilayah adat.

Terkait teknis pemetaan pada pukul 9 pagi Arbani, Untung dan Pebriandi memfasilitasi peserta dan mengenalkan teori tentang alat kompas dan alat ukur yang berisi penjelasan tentang penggunaan kompas dan alat ukur berupa meteran serta penjelasan tentang skala peta.

Setelah mendapatkan teori oleh fasiltator, peserta di bagi menjadi 3 kelompok untuk praktek. Kelompok I praktek menggunakan Kompas dan Alat Ukur membuat peta SD Negeri 1 Bundar. Kelompok II praktek menggunakan Kompas dan Alat Ukur membuat peta Pasar Bundar. Kelompok III praktek menggunakan Kompas dan Alat Ukur membuat peta Lapangan Sepak Bola Bundar.

Masuk pukul 1 siang dilanjutkan proses menggambar peta dari  data kompas dan alat ukur hasil lapangan ke dalam kertas milimeter block oleh masing-masing kelompok. Hingga malam harinya pada pukul 7,  presentasi peta yang telah digambar dalam kertas milimeter block.

Hari Keempat
Sebelum penjelasan penggunan alat GPS pada hari keempat Sabtu, 29 Maret 2014 peserta di berikan wawasan terkait kerjasama AMAN dengan pihak lain yang mendukung kerja-kerja AMAN.

Pukul 7.30 pagi, Mathius Hosang dari  Badan Lingkungan Hidup propinsi Kalteng memberikan sambutan dan penjelasan tentang Lingkungan Hidup. Dilanjutkan sambutan dan penjelasan tentang pemetaan wilayah adat, MoU AMAN dan Kementerian Lingkungan Hidup yang disampaikan Simpun Sampurna , Ketua AMANWIL Kalteng.

Pebriandi mengajak peserta untuk mengenal alat GPS Garmin 62s tepat pukul 9.25 pagi. Penjelasan meliputi penggunaan alat GPS, meliputi skala, format posisi, koordinat dan lainnya. Puas mendengarkan teori, fasilitator mengajak peserta praktek menggunakan alat pada pukul 1 siang.

Pebriandi dibantu oleh Arbani dan Untung untuk mendampingi 3 kelompok  dalam menjalankan GPS secara tepat.  Kelompok I didampingi Arbani, kelompok II didampingi Untung dan kelompok III didampingi Pebriandi.

Masuk pada sore harinya pukul 6.30 hasil dari GPS dituangkan dalam proses menggambar peta ke dalam kertas milimeter block oleh masing-masing kelompok.

Hari Kelima
Setelah pembuatan peta pada hari Minggu, 30 Maret 2014 ke-3 kelompok diberikan kesempatan untuk memaparkan peta yang telah digambar dalam kertas Milimeter Block. Acara ini tepat dimulai pukul 7.35 pagi.Usai presentasi masing-masing kelompok Agus Irwanto memandu untuk proses Rencana Tindak Lanjut (RTL).

Sebagai acuan pertanyaan yang diajukan adalah Apa yang saya lakukan setelah saya pulang pelatihan ini untuk Komunitas Saya? Dan bisakah saya melakukan kegiatan seperti yang saya lakukan dibundar ini di komunitas saya?

Menanggapi pertanyaan dimaksud, Kayan. D dari Danau Masura akan melakukan kegiatan serupa di komunitasnya, namun terkendala peralatan yang tidak ada. Agus Irwanto memberikan respon dan menegaskan bahwa yang pertama bentuk terlebih dahulu komunitas di kampungnya dengan cara, melakukan musyawarah kampung dulu, lalu membuat berita acara musyawarah tersebut beserta daftar hadir musyawarah tersebut dan mengisi form pendaftaran komunitas yang selanjutnya diajukan ke pihak PD. Agar mendapat dukungan pemetaan oleh AMAN, dalam dukungan itu juga termasuk dukungan peralatan pemetaan.

Terkait dana untuk pelaksanaan kegiatn serupa, Epriadi menanyakan apakah harus membayar teman-teman AMAN dan menyewa alat untuk melakukan pemetaan partisipatif. Pertanyaan ini dijawab Agus Irwanto bahwa dari PD siap untuk turun ke lapangan mendampingi kegiatan pemetaan sekaligus dengan peralatannya tanpa bayaran oleh komunitas.

Di akhir RTL Sartono dan Epriadi menekankan harus dibuatnya laporan hasil pelatihan ke masing-masing kepala desa yang mengutus peserta. Supaya dapat menjadi tambahan dalam pelaporan mereka juga meminta ada buku dasar-dasar hukum untuk pemetaan wilayah adat.

Masyarakat adat yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Apriansyah (Komunitas Kalahien Parigi); Saripudin (Komunitas Murupaken); Wahyu Susanto (Komunitas Taliu); Egah Yanto (Pengurus Komunitas Maruga); Esem (Komunitas Sampudau); Bambang Irawan (Komunitas Tampijak); Epriadi (Komunitas Madara); Melodi Hokman (anggota DAD Sungai Jaya); Sartono (Damang Karau Kuala); Muldi A. R (Komunitas Muara Ripung); Kayan D (Komunitas Danau Masura); Arbani (Komunitas Batilap); Pa Rijal (Komunitas Muara Kuning, Teluk Timbau) dan Erik (Komunitas Batilap).

Nama berikutnya, Ekatni (Koordinator PEREMPUAN AMAN Barsel); Raina M (Bendahara PEREMPUAN AMAN Barsel/ Komunitas Sanggu); Ruseta (Komunitas Bundar); Antoniata as. Andreas (Komunitas Bundar); Yosep Brostito (Ketua Komunitas Bundar); Siaga A. Katatang (Komunitas Maruga); Arop Dayano (Ketua BPAN Daerah Kab.Barsel); Ibu Adi (Komunitas Bundar); Kesyadi Anthang (Ketua BPAN Wil.Kalteng); A. G Rinting (Deputi Umum AMANWIL Kalteng); Agus Irwanto (Ketua AMANDA Barsel); Ferdi Kurnianto (Biro Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi AMANWIL Kalteng) dan Rano (Komunitas Wungkur Baru).

Sumber foto: dokumen AMAN Kalteng

AMAN KALTENG

Author & Editor

Berdaulat Mandiri Bermartabat - Exsist & Resist & Indigenize & Decolonize

0 Komentar:

Posting Komentar